Teh, Hujan, dan Buku

Hari ini, tak ada yang istimewa selain menyeduh teh manis, lalu duduk manis menyepul rokok batang per batang. Terasa nyaman seperti ini. Duduk menanti senja yang malas terang.

Diluar sana, petir tampak merah menjilati bumi yang enggan beranjak dari peraduannya. Yang tampak awet, dalam situasi ini, hanya tempias hujan. Sedari tadi, percik per percik begitu doyan menyahuti kilat yang berkelebat.

Bila demikian adanya, lebih baik mengurung diri saja. Sambil membolak-balik buku, bukankah ini sudah lengkap?

Ngeteh, hujan deras, dan buku; lengkap sudah! Dunia ini, pikirku, lebih santun dilayani demikian. Apa adanya. Dibanding ramai-ramai ikut gila....

Kendari, Februari 2016

*Baca tulisan lain disini