Lupakan Revolusi(mu)!


Oleh: Jufra Udo

Saya hampir lupa jatuh cinta dengan revolusi. Revolusi makin sepi makna. Setidaknya itu alasan saya, secara prinsipil.

Karena mencintai revolusi, berarti memahami subtansi gerak, dan totalitasnya. Sementara penyaksian saya, revolusi kita hanya sebatas alegori, untuk tidak kebelet mengatakannya sebagai utopia. Mustahil akan terjadi, tanpa konstruk ideologi sebagai pandangan hidup yang bergerak ke arah penentangan.

Itu yang saksikan, ketika mengamati celoteh beberapa kawan yang terlanjur mendaulat diri sebagai agen revolusi.

Dalam rekayasa sosial, revolusi bisa terjadi  apabila ada keadaan tertentu yang berpihak ke arah chaos. Tempat perseteruan antara beberapa kelompok besar, dan membentuk tatanan baru. Tentunya, setelah terlebih dahulu menggusur tatanan lama dari segala sisi.

Dan munculnya reformasi, bukanlah revolusi, tetapi pergeseran kekuasaan ke orde transisi. Pada akhirnya, gestur tatanan lama masih saja membekas. Karena tidak ada totalitas dalam usungan perubahannya.

Keadaan tertentu yang mendorong terjadinya gerak revolusi tersebut,  yakni ketika ada kondisi darurat yang mendesak seluruh kelompok untuk tampil sebagai oposisi biner.

Tergabungnya beberapa kelompok yang berpengaruh vital terhadap kebijakan negara dan melakukan penentangan secara periodik, jadi prasyarat awal yang menentukan bahwasannya, setidaknya, gejala revolusi mulai menyeruak.

Bahwa kelompok pengusaha, militer, dan oposisi politik telah tergabung dalam sebuah kongsi besar. Dan kalangan intelektual, adalah pemantik yang tepat untuk menghubungkan pertemuan itu. Kenapa kalangan intelektual?

Kalangan intelektual, adalah mereka yang memiliki ketepatan legitimasi, bahkan lebih dikatakan sebagai basis ideologis dalam sebuah negara, kata Louis Althusser.

Juga Althusser meyakinkan kita, kegandrungan pada filsafat dan pemikiran progresif adalah modal utama untuk mendorongnya.

Jadi, berhentilah bicara soal revolusi, jika hanya termaktub pada "kata pembuka", dan "kata penutup". Sebab, itu bukanlah tanda keseriusan, tapi lebih pada penanda eufoni ingar dan bingar.(*)